Seseorang yang meneliti segala penjuru alam semesta - dari galaksi
raksasa di ruang angkasa hingga mahluk hidup di alam, dan dari tubuhnya
sendiri hingga sel kasat mata – akan mendapati suatu perencanaan
sempurna dalam tatanan maupun rancangannya. Setiap jengkal alam semesta
dipenuhi oleh bukti yang nyata dan pasti: FAKTA PENCIPTAAN.
Beragam pekerjaan yang dilakukan para
hewan dan perilaku yang mereka perlihatkan, hanya mungkin terjadi karena
adanya hikmah, ilmu, pengalaman dan keahlian yang luar biasa.
Pengamatan sederhana sebenarnya sudah cukup untuk memahami bahwa
sifat-sifat unggul ini bukanlah berasal dari hewan itu sendiri. Indera
penunjuk arah sempurna pada burung yang bermigrasi ribuan kilometer,
kemegahan arsitektur jaring laba-laba, pembagian kerja dan kerjasama
luar biasa dalam koloni semut, serta rancangan geometris menakjubkan
pada sarang lebah madu adalah sedikit dari beragam contoh lain yang tak
terhitung jumlahnya…
Allah membentangkan tanda-tanda
keberadaan dan kekuasaan-Nya melalui contoh-contoh ini. Dia
memperlihatkan ilmu, hikmah dan kesempurnaan-Nya yang tak terbatas
melalui makhluk hidup dan tak hidup ciptaan-Nya.
Beragam organisme besar dan kecil, dari
burung hingga reptil, dan dari ikan paus hingga serangga,
memperlihatkan perilaku yang sungguh menakjubkan. Bahkan manusia, yang
menganggap dirinya lebih bijak, berilmu dan cerdas, ternyata tak mampu
menyaingi keahlian mereka.
Kisah lebah madu, yang akan kita simak
berikut ini, hanyalah satu di antara berbagai mahluk hidup dengan
perilaku mereka yang membuat manusia berdecak kagum.
Lebah adalah serangga mungil yang
tidak mampu berpikir. Akan tetapi mereka mampu menyelesaikan sejumlah
pekerjaan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan
tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan khusus. Sungguh
mengagumkan bahwa kecerdasan dan keahlian yang demikian ini ada pada
setiap ekor lebah. Namun, yang lebih hebat lagi adalah ribuan lebah
bekerjasama secara teratur dan terencana dalam rangka mencapai satu
tujuan yang sama, dan mereka melaksanakan bagian pekerjaan mereka
masing-masing secara penuh dan sungguh-sungguh tanpa kesalahan
sedikitpun.
Kesulitan terbesar dalam
pengorganisasian sekelompok orang untuk bekerja secara bersama adalah
penyiapan jadwal kerja serta pembagian tugas dan tanggung jawab. Dalam
sebuah pabrik, misalnya, terdapat struktur jabatan yang rapi di mana
para pekerja melapor pada mandor, para mandor melapor pada insinyur,
para insinyur melapor pada manajer pelaksana dan para manajer pelaksana
melapor pada manajer umum. Pengoperasian pabrik yang efisien memerlukan
banyak tenaga kerja dan dana; pembuatan rencana jangka panjang dan
pendek; serta pengumpulan data statistik. Produksi dilakukan berdasarkan
rencana produksi yang telah disiapkan sebelumnya, dan pengawasan
kualitas dilakukan di setiap tahapannya. Setiap insinyur, manajer dan
manajer pelaksana memperoleh pendidikan dan pelatihan khusus dalam
jangka waktu tertentu sebelum ditempatkan pada posisi mereka
masing-masing.
Akan tetapi, setelah segala
persyaratan ini dipenuhi dan sistem organisasinya telah terbentuk, hanya
beberapa ratus tenaga kerja saja yang mampu bekerja bersama secara
harmonis.
Demikianlah, pembentukan kerja sama di
antara beberapa ratus manusia cerdas dengan gagasan mereka
masing-masing memerlukan perencanaan yang rumit dan biaya mahal. Namun,
puluhan ribu lebah mampu membangun sistem organisasi sempurna yang tak
tertandingi oleh masyarakat manusia.
Tidak seperti manusia, lebah tidak
mendapatkan pendidikan atau pelatihan apapun. Begitu lebah lahir, ia
dengan segera melaksanakan tugas yang dibebankan padanya.
Karyawan pabrik bekerja untuk
mendapatkan gaji pada akhir bulan. Sementara itu, seekor lebah tidak
memperoleh keuntungan pribadi dari pekerjaan yang ia lakukan. Pekerjaan
yang dilakukan karyawan pabrik, baik sebagai pekerja biasa ataupun
manajer pelaksana, terbatas hanya pada jam kerja tertentu dan mereka
berhak mendapatkan masa liburan. Sebaliknya, lebah bekerja sepanjang
hidup, tanpa istirahat, demi kepentingan dan kebaikan sesamanya.
Tidak diragukan lagi, Allah, Dia-lah
yang menjadikan masing-masing dari puluhan ribu lebah tersebut bekerja
harmonis tanpa henti, layaknya roda-roda gigi dalam sebuah mesin. Dalam
sebuah ayat, Allah mengingatkan manusia tentang segala nikmat yang Allah
berikan kepada manusia melalui hewan ciptaan-Nya:
“Dan Kami tundukkan binatang–binatang itu untuk mereka; maka
sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan.
Dan mereka memperoleh padanya manfaat–manfaat dan minuman. Maka
mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS. Yaasiin, 36:72-73)
Rata-rata, sekitar 60-70 ribu lebah
hidup dalam sebuah sarang. Walaupun populasi yang demikian padat, lebah
mampu melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi.
Suatu koloni lebah umumnya terdiri dari
lebah pekerja, pejantan dan ratu. Lebah pekerja boleh dikata
mengerjakan seluruh tugas dalam sarang. Sejak saat dilahirkan, para
lebah pekerja langsung mulai bekerja, dan selama hidup, mereka melakukan
berbagai tugas yang berganti-ganti sesuai dengan proses perkembangan
yang terjadi dalam tubuh mereka. Mereka menghabiskan tiga hari pertama
dalam hidup mereka dengan membersihkan sarang.
Kebersihan sarang sangatlah penting
bagi kesehatan lebah dan larva dalam koloni. Lebah pekerja membuang
seluruh bahan berlebih yang ada dalam sarang. Saat bertemu serangga
penyusup yang tak mampu mereka keluarkan dari sarang, mereka
pertama-tama membunuhnya. Kemudian mereka membungkusnya dengan cara
menyerupai pembalseman mayat. Yang menarik di sini adalah dalam
pengawetan ini lebah menggunakan bahan khusus yang disebut “propolis”.
Propolis adalah suatu bahan istimewa karena sifatnya yang anti bakteri
sehingga sangat baik digunakan sebagai pengawet.
Bagaimana lebah tahu bahan ini adalah
yang terbaik sebagai pengawet, dan bagaimana mereka mampu
menghasilkannya dalam tubuh mereka ?
Propolis adalah bahan yang hanya dapat
dihasilkan dalam kondisi laboratorium dengan teknologi dan tingkat
pengetahuan ilmu kimia yang cukup tinggi. Nyata bahwa lebah sama sekali
tidak mempunyai pengetahuan tentang ini, apalagi laboratorium dalam
tubuhnya.
Lebih jauh lagi, lebah pekerja bertanggung jawab memeriksa sel–sel
yang akan digunakan sang ratu untuk meletakkan telurnya. Selain itu,
lebah pekerja juga bertugas mengumpulkan kotoran yang ada dalam sel-sel
yang telah ditinggalkan oleh para larva yang telah lahir, serta
membersihkan sel penyimpan makanan. Lebah–lebah tersebut juga mengatur
kelembaban dan temperatur di dalam sarang, jika dibutuhkan, dengan
kipasan angin melalui kepakan sayap mereka pada pintu masuk sarang.
Penting untuk diketahui bahwa seluruh
tugas yang membutuhkan spesialisasi ini dilakukan oleh lebah pekerja
berumur 3 hari yang bertanggung jawab dalam kebersihan.
Lebah pekerja menghabiskan waktunya
setelah 3 hari pertama tersebut dengan merawat para larva. Saat mereka
menjadi lebih dewasa, beberapa kelenjar sekresi dalam tubuh mereka mulai
berfungsi; ini memungkinkan mereka untuk merawat larva. Seluruh tugas
yang berhubungan dengan perawatan larva ini dikerjakan oleh lebah
pekerja yamg berumur 3 sampai 10 hari. Mereka memberi makan sebagian
larva dengan royal jelly, dan sebagian lagi dengan campuran madu-serbuk
sari. Mahluk hidup yang baru lahir ini telah mengetahui tugas yang
menjadi tanggung jawabnya dan memiliki pengetahuan untuk mengerjakannya
dengan cara yang sangat profesional.
Sang lebah berganti tugas saat ia
tumbuh lebih dewasa. Ketika mencapai hari ke 10 dari masa hidupnya,
kelenjar penghasil lilin dalam perut lebah pekerja mendadak telah matang
sehingga ia mampu menghasilkan lilin. Pada saat itulah seekor lebah
menjadi pekerja pembangun sel-sel penyimpan madu dengan menggunakan
lilin.
Fenomena ini memunculkan banyak
pertanyaan. Bagaimana mungkin seekor makhluk hidup yang baru saja lahir,
dan, lebih dari itu, yang tidak memiliki kecerdasan dan pengetahuan ini
benar-benar memahami seluruh tugas yang menjadi tanggung jawabnya?
Bagaimana tubuh seekor hewan tiba–tiba dapat teradaptasikan untuk
merawat dan memberi makan larva dengan berfungsinya beberapa kelenjar
sekresi, padahal sesaat sebelumnya ia terprogram untuk melakukan tugas
kebersihan? Bagaimana seekor lebah, yang 4 atau 5 hari sebelumnya adalah
larva, dapat berpikir dan merencanakan segala tugasnya tersebut?
Bagaimana tubuhnya dapat dengan tiba–tiba menghasilkan lilin dan berubah
menjadi pekerja konstruksi? Padahal konstruksi bangunan ini didasarkan
pada penghitungan rumit dan sangat tepat, yang tak akan mampu dilakukan
oleh manusia sekalipun.
Tidak ada keraguan, tidaklah mungkin
lebah itu sendiri yang melakukan perhitungan berdasarkan kecerdasannya
sendiri. Begitulah, ini adalah bukti nyata bahwa setiap fase dalam
hidupnya, lebah tunduk pada hikmah dan kekuasaan Penciptanya. Lebah
menjalani setiap saat dalam hidupnya dengan ilham yang diberikan oleh
Allah, Pencipta Yang Mahaperkasa.
for Share
jangan bosan untuk berkunjung lagi
No comments:
Post a Comment